Tren vape atau rokok elektronik belakangan makin populer di kalangan remaja dan orang dewasa. Banyak yang memilih menggunakan vape karena dianggap lebih aman dari rokok biasa. Terlebih penggunaan rokok elektrik pada awalnya sempat digunakan sebagai terapi agar orang-orang bisa berhenti merokok. Menggunakan vape dianggap lebih minim racun dan tidak menimbulkan risiko penyakit jantung, kanker serta gangguan pernapasan akibat penggunaan tembakau seperti pada rokok biasa. Benarkah anggapan tersebut?
Apa itu vape atau rokok elektrik?
Secara umum rokok elektrik adalah alat yang digunakan untuk menghirup aerosol yang biasanya mengandung nikotin, perasa dan zat lainnya. FDA mengistilahkan rokok elektronik dengan nama electronic nicotine delivery system (ENDS), sedangkan di pasaran alat ini lebih banyak dikenal dengan nama rokok elektrik, vapour, vape, e-cig, smartcigarette, smartsmoke, green cig, dan lain-lain.
Benarkah rokok elektrik lebih aman dari rokok biasa?
Penggunaan rokok elektrik awalnya digunakan untuk membantu orang-orang yang ingin berhenti merokok. Orang yang merokok umumnya terbiasa untuk menghisap sesuatu, sehingga ketika masa awal-awal berhenti merokok, mereka membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Akhirnya, mereka menggunakan rokok elektrik sebagai alternatif rokok tembakau.
Rokok elektrik bekerja dengan cara memanaskan nikotin yang diekstrak dari tembakau, zat perasa, dan zat kimia lainnya untuk menghasilkan aerosol yang dihirup. Rokok tembakau mengandung lebih dari 7.000 zat kimia berbahaya, jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan penggunaan rokok elektrik.
Dilansir dari Hopkins Medicine, meskipun rokok elektrik memiliki jumlah zat kimia berbahaya yang lebih sedikit dibandingkan rokok konvensional, tetapi rokok elektrik tetap menyimpan potensi bahaya bagi kesehatan. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa merokok menggunakan rokok elektrik tetap berbahaya dan dapat berisiko bagi jantung.
Selain itu, kandungan nikotin dalam rokok elektrik juga menyebabkan kecanduan. Ketika seseorang berhenti menggunakannya, ia akan merasakan gelisah, cemas, depresi dan selalu ingin memakainya lagi. Dilansir dari CDC, penggunaan rokok elektrik dapat menimbulkan beberapa bahaya berikut:
- Kandungan nikotin berbahaya bagi otak yang berfungsi untuk mengatur kewaspadaan, fungsi belajar, dan pengendalian organ lainnya
- Penggunaan nikotin bukan hanya berbahaya bagi perokok namun juga bagi orang di sekitarnya
- Kandungan nikotin berbahaya bagi kesehatan wanita hamil dan janin yang dikandungnya
- Rokok elektrik mengandung zat kimia tambahan dalam cairan liquidnya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
- Rokok elektrik cenderung memiliki kandungan nikotin yang lebih tinggi dan berbahaya daripada rokok tembakau sehingga menyebabkan kecanduan
Dengan berbagai potensi bahaya di atas, baik rokok tembakau maupun rokok elektrik sama-sama tidak aman bagi kesehatan dan dapat menyebabkan kecanduan. Dikutip dari WHO, hingga saat ini setidaknya ada 30 negara yang melarang penggunaan dan peredaran rokok elektrik terutama bagi kalangan anak-anak, remaja dan dewasa.
Bahaya asap vape
Seperti halnya rokok, asap vape juga menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Asap vape yang masuk dapat menyebabkan gangguan paru-paru dan pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Asap vape juga berbahaya bagi anak-anak dan ibu hamil. Dalam jurnal Nicotine & Tobaccao Research disebutkan bahwa asap vape yang berada di udara tidak hilang begitu saja namun dapat tertinggal di permukaan benda dan dapat memicu masalah kesehatan hanya dengan menyentuhnya. Kebersihan lingkungan dan ventilasi yang buruk juga dapat memperparah efek samping nikotin.
Yuk, mulai berhenti merokok bersama Ai-Care dengan mengisi kuesioner yang ada pada link ini https://tinyurl.com/aicareHTTS
Jangan lupa juga download booklet Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang dicantumkan dalam link ini http://tinyurl.com/bookletHTTS
- dr Nadia Opmalina